This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 23 Juli 2011

Wadah Pembawa Takdir




Baca judulnya saja, mungkin sudah terasa berat muatannya ya? Sama halnya dengan saya ketika mendengar kata-kata itu. Sangat terasa makna yang dalam. Takdir, kata benda abstrak. Tak bisa kita pegang seperti sebuah buku, pensil, daun, handphone, laptop atau benda konkret lainnya, namun jelas adanya. Menjadi keharusan pula bagi kita untuk meyakininya, mengimaninya. Namun saya sendiri hingga saat ini belum tau, seperti apakah takdir saya ke depan. Hingga berapa tahun usia saya di dunia ini. Saya pun yakin,tak hanya saya yang tidak mengetahuinya, tapi semua manusia. Yang ada hanyalah manusia yang menduga ataupun berharap akan takdirnya, meskipun dugaan ataupun harapan akan takdir (keinginan akan takdirnya) adalah sesuatu yang belum pasti.

Seperti yang saya tulis di posting sebelumnya, Allah itu seperti sangkaan hambaNya. Dia memberikan ruangan keleluasaan bagi makhlukNya untuk berharap sebaik-baiknya, dan sebanyak-banyakNya. Tanpa dimintapun Dia berikan. Apalagi yang diminta? Dahulu kita tidak meminta padaNya agar kita memiliki dua mata yang dapat melihat, telinga yang bisa mendengar, tangan dan kaki yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi. Lantas apakah yang menjadi penghalang bagi kita untuk meminta? Meminta segala hal yang kita inginkan, apalagi untuk sesuatu yang mendatangkan keridhoanNya.

Kita hanyalah makhluk yang Allah ciptakan. Atas sifat rahmaan dan rahiim-Nya, kita berada di sini, lengkap dengan segala takdir yang menempel pada diri kita. Apapun itu yang telah menjadi ketentuan dan ketetapan Allah untuk diri kita. Mungkin itukah yang dimaksud dengan diri kita sebagai wadah pembawa takdir. Wallahu a'lam. Hal yang pasti harus diyakini, bahwa segala kehendakNya adalah sesuatu yang terbaik yang Dia berikan untuk kita. Dalam sepanjang waktu yang pernah kutempuh, Dia mengingatkan bahwa memang diri kita adalah milikNya. Diri kita adalah makhluk yang berada dalam kuasaNya. Segala sesuatu terjadi atas kehendak Dia. Segala hal yang Dia kehendaki pasti terjadi, entah kita suka entah tidak suka.

Bersandar, berharap padaNya. Segala sesuatu yang terjadi menjadi pembelajaran bermakna pada diri kita. Menjadi pendewasaan bagi diri kita. Menjadi lahan amal kebaikan bagi diri kita. Berharap bahwa keberadaan diri kita senantiasa berada dalam rengkuhan Rahmaan dan Rahiim-Nya, dalam peliharaanNya, hingga menjadikan diri kita senantiasa memberikan kemanfaatan bagi makhlukNya, siapapun,kapanpun dan dimanapun. Berharap bahwa kita mampu melalui setiap perjalanan yang sulit sekalipun hanya bertemankan keimanan.

Ada pengharapan-pengharapan yang ditujukan untukku. Aku sadari itu, tak mudah mewujudkan harapan-harapan itu. Sebuah visi di masa depan yang jauh membumbung tinggi, seolah untuk menjadi payung ketenangan bagi bumi dan seisinya. Terasa berat benar mengatakannya, karena memang terasa berat amanah itu. Kulihat ada cita-cita besar nan mulia, bukan sekadar untuk menunjukkan kebesaran nama semata. Dalam hati aku berdecak kagum alangkah hebatnya para pengemban amanah yang mampu menunaikan amanah itu dengan sebaik-baiknya. Berbekal keimanan dan tuntunan dari Rabbnya Yang Maha Tinggi, hingga mencapai kemuliaan hakiki. Saya menyadari keberadaan diri, dengan segala kelemahan yang kumiliki. Keberadaan diri kita hanyalah sekadar wadah. Sebuah cita-cita mulia akan tetap tercapai dengan ataupun tanpa keberadaan diri kita, sebab akan selalu ada yang menegakkan cita-cita mulia itu ada ataupun tiadanya diri kita. Kita hanyalah pengemban amanah yang diberikan masa waktu untuk menunaikannya. Akan senantiasa ada batasan waktu untuk diri kita berbuat. Sekadar merengkuh yang kita mampu. Sekadar berusaha menggapai apa yang bisa kita capai. Kalaupun cita-cita itu terwujud, atas rahmat dan kasih sayangNya, bukan semata atas usaha dan keberadaan diri kita. Kita, hanyalah sekadar wadah pembawa takdir

Hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galaya, Yang Maha Rahmaan dan Maha Rahiim, memohon, memelas agar diri kita senantiasa dijaga, dilindungi, dilimpahkan dengan segala kasih sayangNya, dan mampu untuk menebarkannya kepada semua makhlukNya untuk sebuah kemuliaan hakiki.




Pertengahan Sya'ban 1432 H,
Terima kasih kepada semua untuk setiap harapan dan lantunan do'a yang dipanjatkan untukku, untuk istiqomah dalam kebaikan
:)

Sabtu, 02 Juli 2011

Multithinking, Multifocus, Multitasking




Menjelang rapotan anak-anak, rasanya kepala kebek, penuh dengan muatan pikiran. Laporan nilai kelas I-V, rekap nilai kelulusan kelas VI, laporan keuangan satu tahun, belum urusan akreditasi. Bukan kepala sekolah aja seabrek kebek sampai bikin klepek. Di sela-sela mikir pekerjaan madrasah, masih jatah untuk ujian kuliah, persiapan nikah kakak kandungku, juga klienku, menghabiskan "cemilan" dari Pak Raga dan masih aktivitas ngglidig lainnya. ...... astaghfirullah......Baru kali ini serasa keok pikiran ini, seolah tak ada ruang pikiran untuk jeda sesaat. Sampai akhirnya,sesaat menjelang tidur merenung.... teringat akan tulisan Maulina. Klengernya dia ketika ditinggal bapak ibu-nya yang sedang ibadah haji, dan harus menggantikan peran ibunya untuk masak, membangunkan adik-adiknya, dll. Tapi kenapa ibunya mampu mengerjakan semua urusan itu tanpa mengeluh. Bahkan ibunya adalah seorang kepala sekolah yang senantiasa on time berangkat kerja. Kalau ibunya bisa, kenapa dia tidak? Hasil dari baca sana sini, dapat suatu kesimpulan wanita itu memiliki kemampuan untuk melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu. Bisa masak disambi menyapu, bersih-bersih, membangunkan anak-anaknya bahkan sambil ngomel juga bisa (peace ^_^, saya juga wanita, mengakui kalau sering mengomel juga he he he). Semuanya bisa dituntaskan dalam waktu yang terbatas.

Masa ujian yang bersamaan dengan masa persiapan akreditasi, saya sempatkan untuk membaca bahan perkuliahan, meskipun sedikit sekali. Ujian terakhir adalah mata kuliah Sistem Operasi. Pas kondisi sedang keok, alhamdulillah dapat pencerahan, dari menghubung-hubungkan antara kuliah komputer dengan keadaan yang saya hadapi. Sebuah sistem operasi di dalam komputer memiliki kemampuan untuk multitasking, multiprocessing, dll....... gak hafal. Komputer mampu mengerjakan berbagai proses secara bersamaan. User menjalankan program winamp sekaligus mengetik menggunakan MS Word juga browsing menggunakan mozzila firefox. Semua bisa dilakukan bersamaan. Saya renungkan, komputer itu kan buatan manusia. Manusia itu kan lebih cerdas dari komputer. Kalau begitu, kenapa tidak mencoba saja ya? Mengerjakan segala urusan yang numplek itu. Kalau sekadar saya mengeluh dengan banyak pekerjaan juga tidak akan mengurangi pekerjaan kan???

Awalnya saya ragu-ragu. Tapi dari baca bukunya pak Ippho (Right), saya jadi ingat. Keyakinan adalah sebuah kekuatan. Kita meyakini bahwa Allah itu ada. Allah itu adalah Tuhan, Sang Khalik, yang menciptakan kita. Dialah Yang Maha Kuasa. KekuasaanNya meliputi seluruh alam, baik di langit dan di bumi. Pokoknya segala-galanya. Bila Dia berkehendak, maka tiada suatu apapun yang mampu menghalangi. Saya ingat pula, bahwa Allah itu, tergantung pada prasangka hambaNya. Semua itu membuat saya menyimpulkan, saya bisa multithinking, alias memikir banyak hal terkait segala yang sedang numplek di depan saya. Saya bisa multifocus, dapat fokus, konsentrasi dengan apa yang saya pikirkan. Multitasking, saya bisa mengerjakan amanah-amanah yant tak cuma satu itu hingga tunai.(Mohon jangan protes tentang definisi-definisi ini he he he-red). Mungkin ada yang heran, ragu-ragu, maaf, itu urusannya ,he he he, sebab saya sedang belajar, dan saya meyakini ini. Saya yakin Allah akan memudahkannya. Tak ada yang tak mungkin bila Allah berkehendak, dan saya berprasangka baik pada Allah, Allah akan memampukan saya. Otak saya ukuran dan kemampuannya mungkin, tetapi Allah pasti akan melipatkan kapasitas dan kemampuan untukku agar dapat menunaikan amanah-amanah ini. Masa' saya tidak yakin kalau Allah mampu mengabulkan dan mewujudkan prasangka saya ini.

Perlahan-lahan, saya nikmati padatnya aktivitas di otak saya, juga aktivitas-aktivitas lainnya. Saya menaikkan jatah waktu untuk rehat sejenak dengan sholat. Saya keluhkan capeknya pikiran dan fisik saya dengan seabrek aktivitas ini. Saya mulai tingkatkan untuk refreshing dengan membaca Qur'an. Alhamdulillah........ saya rasakan lebih baik. Waktu rasanya lebih longgar dari sebelumnya. Semula saya khawatir dengan amanah bersama rekan-rekan muda saya bakal tersingkirkan bahkan tak ada alokasi memori untuk memikirkannya di otak saya. Akan tetapi, ternyata BISA. Saya biasanya sangat susah untuk mencari waktu buat cari buku. Alhamdulillah, bisa terlaksana. Saya bisa menikmati cemilan berupa softfile kiriman pak Raga di madrasah, sembari ngerjakan administrasi sekolah, sembari sesekali chating dengan teman di ym dan facebook, He he he. Mulai berkurang kalimat "saya lagi crowded urusan akreditasi"........ ALHAMDULILLAH..........!!!!!!! Semua atas kehendak dan kuasaNya. Karunia Allah yang tak terhingga nilainya. ^_^


Ya Allah Yang Maha Kuasa, kami memohon kepadaMu, agar senantiasa menguatkan iman kami kepadaMu,
Kami memohon kepadaMu pula, jauhkanlah kami dari putus asa
Jauhkanlah kami dari hal-hal yang sia-sia.
Wahai Allah Yang Maha Rahman Maha Rahiim, jadikanlah keberadaan kami senantiasa memberikan manfaat bagi siapapun, kapanpun dan dimanapun. Aamiiin


To : All of my teachers : terima kasih atas ilmu, semangat, doa dan kepercayaannya padaku. and Maulina, terima kasih atas tulisan yang memberikan inspirasi bagiku, walaupun dirimu tiada menyadarinya. he he he.