Senin, 30 Maret 2009

Bukan Murid yang Bodoh , Bukan Guru Yang Pintar

“Mbak….piye yo? Aku wis judheg tenan je” kata seorang Ibu Guru
(Mbak, bagaimana ya, saya sudah pusing sekali)
“Apa karena saya guru yang bodoh. Kok murid-murid tidak paham pelajaran perkalian?”
“Bukan begitu bu……mungkin anak-anak butuh nuansa yang baru. Butuh kreatifitas Bu. Apa yang bisa saya Bantu? Mungkin membuat media pembelajaran yang memudahkan anak-anak untuk belajar. Nanti saya bantu bu……Insya Allah” kataku meyakinkan beliau.

Begitulah percakapan yang serupa sering terjadi antara saya dan beberapa guru di MI Giriloyo 1. Kalau saya pikir, saya jauh sekali kemampuan dan pengalamannya dibandingkan Bapak Ibu guru yang lain dalam hal mengajar. Tapi kami sering berbagi cerita di sekolah. Ada rasa tidak percaya diri. Namun justru muncul motivasi bagi saya untuk banyak menggali ilmu, karena saya lebih muda, harus lebih gesit dan kreatif.

Cukup tergelitik juga ketika mendengar kata “Apa karena saya guru yang bodoh?”. Jika ada permasalahan, ada anak yang tak menguasai pelajaran yang disampaikan. Siapakah yang dikatakan bodoh? Anak atau Guru? Mungkin bisa saja kita mengatakan bahwa anaklah yang bodoh. Dan tak jarang pula mendengar sanjungan ketika anak didiknya berprestasi, lantas mengatakan bahwa gurunya yang pintar.

Saya masih teringat kata-kata bahwa tak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak dengan kemampuan yang berbeda. Justru dari sini memunculkan inspirasi bagi saya, bahwa tidak semua anak dapat saya perlakukan sama dalam hal mengajarkan ilmu di sekolah. Ada nilai seni. Adakalanya dibutuhkan perlakuan tertentu pada beberapa siswa. Untuk memahamkan sesuatu yang sama, bisa jadi saya membutuhkan beberapa cara untuk menjelaskan kepada para murid.

Lantas bagaimana dengan anggapan bahwa prestasi anak didik karena guru yang pintar. Apakah demikian? Jujur saja, ada perasaan gembira ketika dikatakan guru yang pandai karena anak didiknya meraih juara. Dari 5 siswa meraih juara 1 sampai 4 berturut-turut dalam Lomba Minat dan Budaya Baca yang diadakan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bantul. Dari 10 finalis yang diambil 6 juara, MI Giriloyo 1 meraih juara 1 hingga 4 secara berurutan. Namun rasanya tak adil jika mengatakan keberhasilan anak-anak meraih juara karena saya yang pandai. Harus diakui juga bahwa siswa berprestasi karena mereka juga memiliki potensi. Mereka justru yang memiliki andil yang banyak atas keberhasilan mereka sendiri. Guru hanyalah pemantik. Dan saya ingin menjadi pemantik yang berhasil melejitkan potensi mereka.


Untuk Mrs. Z ‘Afiyah,
Mari jadi guru yang terbaik

2 komentar:

  1. mr b: siip, inpiring to be better.

    BalasHapus
  2. kenapa gak pake inisial bmw aja pak? kayae lebih keren tuh :D

    matur nuwun pak, kerso mampir.
    Tapi nih blog lama gak tak urus

    tulisan lain masih tersimpan di diary komputer :D

    BalasHapus