Sabtu, 22 Mei 2010

Muridku Guruku

Ketika saya memilih untuk menjadi guru, saya niatkan untuk mendidik anak didik agar menjadi orang yang cerdas. Dan saya berpikir, dengan menjadi guru, saya mendapat kesempatan untuk memperoleh pahala meskipun saya telah tiada. Dengan ilmu yang bermanfaat yang saya ajarkan pada anak didik saya, lantas mereka mengamalkan bahkan mengembangkannya, Insya Allah saya pun dapat balasan kebaikan dari Allah. Aamiin...

Dari sini saya berpikir, alangkah sia-sianya, alangkah ruginya bila saya menjadi guru hanya sekadar saya mengajar. Yang penting hari ini saya masuk ke kelas, menyampaikan materi yang sudah ada di silabus. Tanpa mempertimbangkan, apakah anak-anak paham dengan apa yang saya ajarkan? Bila mereka tak paham, lantas bagaimana mereka akan bisa menggunakan ilmu itu? Mungkin akan ada yang menjawab : ”Mereka akan belajar lagi dari orang lain, guru lain, atau temannya”. Mungkin saja. Jawaban itu tak salah. Akan tetapi, bagi saya sangatlah rugi, bila ternyata anak didik saya memahaminya bukan dari saya. Padahal sayalah guru yang seharusnya mengajarinya. Artinya, saya tak akan mendapatkan pahala itu. Dan peluang saya mendapatkan keuntungan abadi itu akan berkurang.

Dengan merenungi hal itu, saya berpikir.....berarti saya harus mampu mengajar anak-anak dengan baik. Anak-anak yang saya didik harus memahami apa yang saya ajarkan. Untuk itu, saya harus belajar bagaimana mengajar yang menyenangkan bagi anak didik. Termasuk belajar berbicara. Bagaimana memilih kata-kata yang mudah dipahami anak-anak. Bagaimana memberikan gambaran atau perumpamaan kepada mereka. Termasuk pula belajar bagaimana memotivasi mereka untuk haus ilmu.
Sebenarnya banyak buku tentang hal ini. Bahkan kita tak harus membeli. Lewat internet pun bisa kita dapatkan. Tapi bagi saya, ada yang lebih menarik dari sekadar membaca buku, ataupun artikel di internet tentang teknik mengajar, mendidik anak-anak, mengembangkan kompetensi guru dan sebagainya. Sumber ilmu itu ada pada anak didik sendiri. Dari mereka saya bisa memperoleh ilmu pula. Saya akan tau apakah cara saya mengajarkan tepat atau tidak justru dari anak-anak. Mereka akan memberikan penilaian. Mereka akan memberikan reaksi atas apa yang saya lakukan. Dengan demikian, saya tahu. Manakah langkah yang tepat dalam mengajarkan ilmu kepada mereka. Saya tak perlu malu untuk bertanya kepada anak didik, bagaimana mereka menilai saya. Penilaian buruk itu dari mereka adalah kejujuran mereka dan motivasi untuk memperbaikinya.

Menjadi guru itu bukan berarti karena saya serba tahu. Bagi saya, justru sebaliknya. Menjadi guru itu karena saya tak tahu banyak hal. Sementara Allah menghendaki saya untuk belajar banyak hal. Dengan menghadapi murid-murid, saya akhirnya belajar. Dengan saya menjadi guru, saya mendapatkan ilmu dari murid-muridku. Muridku adalah guruku.......

..........................................................................................................................................................................
Ilmu itu tidak selalu disampaikan oleh seorang yang berpendidikan tinggi. Tak selalu disampaikan oleh ilmuwan . Ilmu itu tak selalu disampaikan oleh orang berkedudukan mulia di mata manusia. Ilmu itu bisa disampaikan oleh siapa saja. Karena ilmu itu hakikatnya berasal dari Sang Khaliq.
.........................................................................................................................................................................

*Terinspirasi tulisan pendek di web Lecture of Ngglidig University
setiap tempat: sekolah!
setiap orang: guru!

2 komentar:

  1. Majalah Dinding Swara Nurani
    Kampus nGGlidig University :

    Assalamualaikum
    Nderek mangayubagja bu guru!

    "Janganlah engkau gerakkan lidahmu untuk membaca (bersegera memahami) Al-Qur'an, Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah memasukkan hikmah ke dalam dadamu dan membacakannya untukmu. Apabila telah selesai Kami bacakan, maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya", (terjemahan QS.75.Al Qiyaamah: 16-19).

    Insya Allah Kita dimudahkan dalam mengikuti bacaan tersebut.

    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokaatuh

    Matur nuwun sanget. Awit kersanipun pak dosen ngemutaken.

    Aamiin

    Wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh

    BalasHapus