Jumat, 28 Mei 2010

Berkepribadian Lingkungan Hidup

Beberapa waktu yang lalu saya diutus bu mantri eh, bu Kepala Madrasah untuk mengikuti workshop yang diadakan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul. Seperti biasa, workshop yang diadakan BLH bertema Lingkungan Hidup.

Salah satu dari pemateri, menyampaikan tentang Kepribadian Lingkungan Hidup.
Saya tidak ingin disibukkan dengan mencari definisi ’kepribadian’. Tapi kata – kata setelah ”kepribadian”. Untuk mencari definisi kepribadian toh bisa baca di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), atau Googling aja .
Sejak SD rasanya sudah sering mendengar kata ”kepribadian”. Kepribadian Pancasila. Tapi sayang, saya tidak mengingat hafalan sewaktu sekolah dulu. Kepribadian Pancasila adalah kristalisasi............................dst..........dah lupa. Kristalisasi sendiri apa juga gak mudeng kalau ditanya. :D . Yang jelas menunjukkan proses pengkristalan. Alhamdulillah gak jadi guru PKN ataupun guru Bahasa Indonesia.
Ketika pemateri memaparkan, sesekali otakku langsung merespon walau tak kuucapkan. Hanya bicara dalam hati saja. Pemateri menyampaikan, sekiranya kepedulian terhadap lingkungan sudah menjadi kesadaran tiap orang, tentu tak perlu lagi ada pelatihan di ruangan seperti ini. Dalam hati langsung komentar : sepakat. Ini juga boros. Kan bisa saja dengan forum non formal. Hemat biaya, dan saya pikir malah lebih mengasyikkan. Sekali lagi, menurut saya.
Beliau menyampaikan, ” Saya ingin kepedulian terhadap lingkungan hidup tidak sekadar dalam pelatihan saja. Tetapi bisa menjadi kepribadian lingkungan hidup. Dimana kesadaran itu tumbuh dan kuat mengakar”.
Sembari mendengarkan.....saya berpikir. Apa yang dikatakan beliau tidak salah. Saya justru berpikir. Kepribadian Lingkungan Hidup? Selama ini saya mengajar di madrasah dan sering mendengar kata ”Mencetak generasi berkepribadian muslim”. Muncul dalam benak saya. Memangnya apakah peduli terhadap lingkungan itu bukan bagian dari syarat pribadi muslim? Apakah ukuran baiknya seorang muslim itu dari sholat 5 waktunya, puasanya, zakat dan hajinya?



Bukankah peduli terhadap lingkungan itu hal yang baik. Bukankah peduli terhadap lingkungan itu juga berarti peduli terhadap makhluk, ciptaan Allah.
Otakku merespon, apakah kepribadian Lingkungan Hidup dan Kepribadian Muslim itu sesuatu yang saling bertentangan?

Dalam Qur'an surat Ar-Ruum 41, bukankah Allah juga menyinggung soal Lingkungan Hidup? Teringat pula ketika membaca Sirah Nabawiyah. Saat perang, Rosulullah saja melarang merusak pohon. Dalam kondisi perang saja dilarang. Apalagi saat tidak perang?
Artinya Rosulullah pun mengajarkan peduli terhadap lingkungan pula bukan?
Seorang muslim tidak dinilai dari ibadah ritual semata, dengan ibadah sholat, puasa, zakat saja. Akan tetapi juga dari kemanfaatan pada makhluk Allah yang lain. Menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tak sekadar menjadi rahmat bagi manusia saja.

2 komentar:

  1. Tukang Jaga Palang Pintu
    Kampus NGGLIDIG University :

    Assalamu'alaikum

    Betul..betul...betul,SETUJU!!!!
    Dari rahim ibu-kita dilahirkan, dari rahim ibu pertiwi-kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semua itu adalah sarana kehidupan milik Allah yang harus kita jaga, kita muliakan, kita makmurkan ... SEBAIK-BAIKNYA SEMAMPU KITA, bukti kita berterimakasih sekaligus tanda bahwa kita bersyukur atas segala karuniaNya yang sangat luar biasa tersebut. Marilah kita usahakan bersama-sama agar dijauhkan dari perilaku berbuat kerusakan di muka bumi ini, baik situs maya maupun situs nyata-Nya.

    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  2. yang sering mlumpat palang pintu
    Kampus NGGLIDIG University :

    (soale pintune cendek :D )
    wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh

    Semoga dengan menulis memotivasi untuk terus memperbaiki diri. Karena menunjuk itu hanya satu jari yang ke arah kawan. Jari lain yang menunjuk ke arah diri.

    Wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh ^_^

    BalasHapus