Minggu, 05 Juni 2011

Bismillah Aku Melangkah




Sabtu pagi, 4 Juni 2011 kepala madrasah bertanya padaku. "Mbak Purna, dengar-dengar Mbak Purna mau keluar dari MI ya?" dan dengan pasti saya mengiyakan sambil tersenyum. Walaupun saya sadar, jawaban itu mungkin akan mengagetkan kepala madrasah, juga guru-guru lain di madrasah tempat saya mengajar. Beragam pertanyaan mungkin ada dalam benak mereka (sok tau - red). Berbagai pertanyaan yang dimulai dengan kata tanya "mengapa" atau "kenapa" mengalir ditujukan padaku. Kenapa mbak, kok mau keluar? Ada masalah apa atau dengan siapa? Dan sambil senyum-senyum, enteng saya jawab. Gak ada masalah apa-apa Bu. Masih muncul pertanyaan senada, yang diikuti perkiraan jawaban oleh guru agama. Atau karena jauh mbak? Belum saya jawab, sudah dijawab oleh kepala madrasah, Lha kalau karena alasan jauh, toh sudah ditempuh bertahun-tahun (duh, kesannya sudah lama banget, padahal baru 4 tahun ini. Guru agama lantas menyimpulkan sendiri. Berarti dugaanya salah. Selanjutnya diikuti pertanyaan dari guru olahraga, apa karena honor kurang besar, mungkin itu alasannya. Langsung saya jawab, "Pak, kalau alasannya karena honor kurang besar, tentu sudah sejak dulu saya pamit, saya terima tawaran pekerjaan lain yang berani membayar dengan honor lebih dari honor yang saya dapatkan disini." Kemudian guru itupun mengiyakan juga. Saya tau, masih jelas terlihat wajah-wajah penasaran di sekitar saya. Daripada hening, saya alihkan pembicaraan. "Sudahlah bu, kita konsentrasi untuk menyiapkan akreditasi dulu. Toh saya pamit insya Allah setelah akreditasi"

Usai dengan pertanyaan dan tebakan dari kepala madrasah dan para guru, rupanya masih mendapat "tebakan" lewat sms. Saya bantah "tebakan-tebakan" itu, sekaligus saya gunakan kesempatan untuk memotivasi pengirimnya. Tampak adanya kekhawatiran (Ge-eR nih :D ) . "Kalau mbak Purna pergi dari MI, terus gimana MI". Dasar mbandel, saya jawab juga, ya tidak gimana-gimana bu, masih ada banyak guru disana. Jawaban saya ditimpali dengan protes, lha kan saya tidak bisa seperti mbak Purna, tidak ada yang seperti mbak Purna". Dengan PD puollll saya mengatakan, makanya bu' mumpung saya masih di MI, saya belum pergi, ayo belajar. Masa' kita suruh anak didik, KAMU PASTI BISA, KAMU HARUS BISA, eh kita malah membatasi diri. Gimana hayo......... Ups...... pede sekali saya ini. Tak hanya lewat sms, tapi berhadapan langsung dengan guru senior juga berani-beraninya ceplas-ceplos begitu. Di sisi lain, saya juga berpikir. Ah itu kan suatu kebenaran. Tak masalah untuk diucapkan, walau mungkin maaf... kurang halus kata-katanya.

Sama sekali di luar dugaan saya sendiri. Kepala madrasah tahu rencana saya lebih cepat dari yang saya duga. Padahal berawal dari canda dengan guru-guru. Saya syukuri saya, ada gelagat dari guru-guru untuk belajar, untuk memanfaatkan keberadaan saya selagi masih ada di madrasah.It's Okay. Alhamdulillah terbuka pikiran beliau-beliau. Ada sedikit waktu yang bisa kugunakan untuk menyiapkan kondisi agar lebih baik sebelum saya benar-benar pergi meninggalkan madrasah. Cukup tidak ya? Bisa tidak ya? Meninggalkan sesuatu yang indah dan berharga untuk madrasah ini? Insya Allah bisa. Khusnuzhon saja pada Allah. Pasti DIA mudahkan.

Kalau saya dicecar dengan pertanyaan berulangkali dengan kata tanya "mengapa" ujung-ujungnya saya hanya menjawab, karena saya punya cita-cita. Karena saya ingin mengembangkan diri saya. Ketika beberapa guru mengatakan, mbak Purna silakan mengembangkan diri, silakan mengepakkan sayapnya, tapi biarkan kakinya masih disini. Dengan enteng, saya menjawab, apa tidak zholim bu? Coba lihat, kalau ada burung disuruh kepakkan sayap, tapi kakinya diikat supaya tetap menempel di tanah. Apa tidak kesakitan? Zholim kan namanya? Lantas ada yang menjawab, ya pokoknya mbak Purna harus tetap disini, tapi saya jawab, saya kan punya hak untuk dimana saja bu'.Saya punya hak pula untuk mengembangkan diri saya. Saya punya cita-cita, dan saya berhak untuk meraihnya.

Benar-benar tidak karuan hati ini rasanya. Ada banyak tanya yang menghampiri, itu pasti, namun saya sendiri heran juga. Saya berani ambil keputusan seperti ini. Di sela-selanya, jujur saya akui, ada perasaan berat. Pertimbangan tempat, lingkungan yang nyaman untuk bekerja, bersih.Orang-orang yang lebih tua, yang lebih banyak ngemong saya yang paling muda alias sering kurang tau tata krama ini. Anak-anak yang sering menyambut riang manakala saya masuk kelasnya. Selain itu, tentang honor pun saya syukuri. Dibanding guru non PNS SD/MI di kecamatan Imogiri, setau saya, saya yang paling banyak. Kalau dirasa, tidak jelek amat kalau ditanya, bekerja dimana? lalu saya jawab, guru komputer di madrasah XXX. Mungkin malah keren (he he he he... PD). Ketika saya memilih pamit, berarti saya kehilangan honor tetap, berarti saya kehilangan jabatan, berarti saya melepas status yang saya rasa aneh didengar, seperti : guru bahasa Inggris yang tidak punya background pendidikan bahasa Inggris, Pemandu Bidang Bahasa Inggris kecamatan Imogiri Program Rintisan Bahasa Inggris. Kepala Sekolah ataupun Wakasek tanpa SK, dan lain-lain. Saya pamit artinya saya akan meninggalkan semua itu. Bila suatu saat ditanya, kerja apa mbak? saya jawab, pengacara alias pengangguran banyak acara. Hmmmmmmmmm ........... Resiko pula, bakal dikatakan, orang aneh benar. Sudah dapat pekerjaan jadi guru kok dilepas. Malah mau kerja apa tidak jelas. Ya itulah saya. Mungkin ditambah aneh pula, karena orang tua saya justru mengatakan, kalau kamu mau pamit, pamit saja. Walau honormu dinaikkan, tidak usah bingung ingin kembali. Wah wah wah, alhamdulillah. Makin mantab melangkah.

Saya sadari, ada banyak hikmah yang saya dapat di madrasah. Bertambahnya relasi. Bertambahnya ilmu, bertambahnya kemampuan. Luar biasa, kenangan-kenangan indah. Tak bisa saya pungkiri. Ada banyak hal yang saya dapat, bermula dari saya mengajar di madrasah. Bismillah aku melangkah. Semoga ini langkah yang benar dan diberkahi Allah. Sekali lagi belajar memilah dan memilih, antara keinginan dan kebaikan. Tidak semua alasan harus dimasukkan akal, sebab akal ada keterbatasan. Itu yang saya yakini. Adakala mengambil keputusan dan melangkah itu karena keyakinan. Selama keyakinan itu bersandar pada Allah, semua keraguan akan lenyap. Semua kesulitan akan dapat diatasi. Allah itu Maha Berkuasa dan Maha Pengatur, sekaligus Maha Pemelihara...... rasa tenang yang menyelimuti bila mengingat itu. Sekalipun akan melangkah pergi, masih ada sebongkah harapan kutinggalkan di madrasah. Semoga kelak menjadi lebih baik sepeninggalku. Semoga ikatan cinta ini tak berakhir di sini... aamiin.

Ya Allah Ya Ghofur.... ampunilah segala dosa kami.Ya Allah Ya 'Aziz, kuatkan keyakinan kami kepadaMu, bahwa Engkaulah Yang Maha Kuasa. Engkaulah Yang Maha Pemelihara, maka kami memohon kepadaMu peliharalah kami agar senantiasa berada di jalanMu. Engkau Yang Maha Pemberi Rizki, kami memohon lapangkan dan berkahi rizki kami. Ya Allah Ya Lathif, senantiasa kami mohon kepadaMu, karuniakan kepada kami hati yang lembut...Aamiin

0 komentar:

Posting Komentar