Minggu, 27 Februari 2011

Mengeja Kelembutan Hati




Umar bin Khattab : "Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut."


Ketika siang hari asyik browsing buka kotasantri, ada kutipan itu. Seolah sepele, tapi ternyata tak semudah mengucapkan atau mengetikkan kata-kata itu. Kalau dipikir, senyum kan tinggal menarik otot di sekitar bibir saja kan? Tapi kenapa juga terasa berat dilakukan? Apalagi pada orang yang kita anggap melakukan kesalahan besar pada diri kita. Seolah tak termaafkan. (Memangnya kita tak pernah punya dosa???? Padahal bisa jadi dosa kita lebih besar darinya!!!) Rasanya mungkin berat.

Kelembutan hati, tak sekadar membalas senyum dengan senyum, kebaikan dengan kebaikan. Tapi mampukah kita membalas kedongkolan dengan tetap santun orang yang (menurut kita) membuat dongkol? Tetap santun menjawab dengan kata santun tatkala mendapat tanya?


“Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali ‘Imran:159)

Dapat amanah jadi guru, jadi peluang bagiku untuk belajar. Dari setiap tanya anak didik yang menggelitik, kadang menjengkelkan. Sering timbul jengkel juga. Ketika kemarin pagi melihat seorang muridku kelas 2 menampakkan kesedihan karena merasa lemah, merasa bodoh dan merasa bersalah karena tak bisa menulis. Ughhhhhh rasanya...... ya Allah........ Bagaimana bila aku yang ada pada posisi itu. Merasa lemah dan tak bisa berbuat apa-apa ketika yang lain dengan mudah melakukannya.


Tersadar, tak bisa sembarangan mengeluarkan kemarahan. Tak seharusnya hati ini keras.Seolah tersentak pula, bilamana diri yang diperlakukan keras. Sementara kita berharap mendapatkan tanggapan yang baik dan santun atas setiap tanya kita pada orang lain. Bagaimana bila diri kita yang diacuhkan, atau bahkan keberadaan kita justru tak diharapkan oleh orang lain? Karena diri kita dianggap bikin kejengkelan? Bukankah sakit, menyebalkan?

Teringat ketika Rosulullah memerintahkan kepada sahabat apabila ada orang asing yang datang, maka disuruhlah orang yang paling lembut hatinya untuk menjadi perantara. Agar lebih mudah memahami orang asing tersebut. Tanpa bahasa yang dapat dipahami, tetap bisa memahami orang lain. Kuncinya pada kelembutan hati.

Tutur kata yang lembut, perilaku yang santun, wajah yang berseri-seri menjadi penanda lembutnya hati. Bila Rosulullah mengatakan ini adalah kebajikan yang ringan, mungkinkah kita mampu melakukan kebajikan yang lebih besar, bila ini tak mampu kita lakukan?

Mencoba memahami pelajaran tentang kelembutan hati. Tak semudah ketika belajar membaca susunan dari alphabet yang berderet. Mengeja tiap suku kata, mengucapkan kata demi kata. Tapi yang pasti, harus terus mencoba dan berusaha untuk melembutkan hati kita. Agar dengannya, memudahkan cahaya dari Nya masuk ke dalam hati kita. Menjadi penerang dalam hidup kita.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon dengan nama-nama-Mu yang baik, dan sifat-sifatmu yang tinggi, agar berkenan mengkaruniakan hati-hati yang lembut kepada kami agar (senantiasa) mengingat dan bersyukur kepada-Mu.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu hati-hati yang tenang untuk mengingat-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu lisan-lisan yang senantiasa basah menyebut-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang sempurna, keyakinan yang benar, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, amal shaleh yang diterima di sisi-Mu, wahai Yang Maha Mulia.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.



NB : Teruntuk siapapun, saudari-saudaraku.... menghaturkan maaf atas segala kekasaran kata dan perilaku :)

3 komentar:

  1. Ada juga tuh, dosen yang sengaja pasang tampang sangar agar kelihatan berwibawa ( menurut versi yang bersangkutan ). Seolah - olah terlahir ke dunia bak penjaga alam kubur :D ...
    Kalo mengaku cinta akan Sunnah, semoga bisa berusaha & mencoba mencontoh sikap Rosulullah Shalalahu Wa'alaihisalam terhadap sesama... ( Senyum, Ramah , Santun )

    BalasHapus
  2. hwaaaaaaaaaaaa pakyu........ yo gak lah
    mosok penjaga alam kubur :P
    aamiin untuk do'anya :)
    berlemah lembut kepada sesama, tak hanya pada yang membuat tertawa :D

    BalasHapus
  3. aamin ... nderek ngamini :)
    Sikap lemah lemah lembut dan penuh kasih sayang dari pancaran hati yang telah dilembutkan olehNya, Insya Allah.

    BalasHapus