Minggu, 20 Februari 2011

Di Penghujung Akhir Seperempat Abad

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat yang tiada tara.
Yang telah mengajarkan banyak hal kepadaku.
Melindungi, melimpahkan kasih sayang kepadaku....


Menengok setahun yang lalu. Betapa besar karunia yang Allah berikan.
Setiap pemberianNya adalah karunia yang patut disyukuri. Namun seringkali karena kebodohan, menganggapnya sebagai ketidakadilanNya. Kejutan-kejutan yang menghantarkan pada rasa bahagia. Yang membuka pada ilmu yang selama ini masih tersingkap. Bukan untuk nostalgia. Tapi agar diri senantiasa mensyukuri setiap pemberianNya. Apapun itu. Belajar mencoba memandangnya dari sudut syukur.

Di awal bulan di tahun lalu, pernah mewek. Eh, baru sadar. Alhamdulillah saya orang yang bisa mewek juga. Tidak semua orang bisa mewek. Harus disyukuri juga ini. Alhamdulillah pula. Tak setiap detik meweknya. Di waktu tertentu saja meweknya. Di saat harus cuap-cuap di depan anak-anak ataupun di saat harus jadi trainer “jadi-jadian” alhamdulillah tidak mewek. Baru sadar juga, kalau saya orang yang “kemlinthi”. (susah cari bahasa Indonesianya-red). PD-PD-nya tanya no hp orang yang baru dikenal. Gak tau juga kalo yang ditanya fasilitator tingkat nasional :”> . Alhamdulillah dulu gak tau :D .

Di seperempat abad usiaku, diajari kesungguhan hati akan merubah keadaan menjadi kebaikan. Tapi menyadari, bukan semata karena kesungguhan hati berharap kebaikan. Tapi atas rahmat Illahi.

Di seperempat abad usiaku, bisa ngglidig ke Bumi Pengambangan Insani di Bogor , menapakkan kaki di Senayan. Berharap semoga kelak dapat menapakkan kaki di belahan bumi yang lain. (Karena perintahnya tak sekadar betebaran di Bantul, Jogja, Jakarta, Indonesia, tapi di muka bumi. :) Beragam kejutan dariNya.

Di seperempat abad usiaku pula, baru sadar............ ada banyak amanah yang diemban. Bukan semata karena kita kuat menunaikan. Tapi karena Allah hendak membelajarkan. Menatap wajah yang menahan perih luka. Belajar tentang makna percaya pada saudara. Belajar tentang makna empati dan berbagi. Belajar mendengar dari suara hati. Belajar memilah antara keinginan dengan kebaikan.

Satu persatu amanah tertunaikan. Semua atas Kemahakuasaan Allah. Seperempat abad usiaku, ditutup dengan kebahagiaan saudariku tercinta Dee Choosey dan Masaru Edogawa  . Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah .

Alhamdulillah tak akan pernah cukup menebus nikmat yang Allah berikan. Belajar sepanjang hayat. Mungkin disinilah aku mulai memahaminya. Bukan karena diri sudah pintar lantas dipercaya mengajar, tapi untuk terus belajar. Bukan karena cerdik diri ini dipercaya mendidik, tapi agar diri menjadi lebih baik.

Wahai Allah Yang Maha Berkehendak dan Maha Kuasa, kami memohon kepadaMu, condongkanlah hati kami pada apa yang menjadi RidhoMu, bukan pada apa yang menjadi keinginan dan kesenangan kami. Lapangkan hati kami atas segala kehendak dan ketetapan yang Engkau berikan pada kami. Dan jadikan kami bersyukur atas setiap pemberianMu.
Wahai Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah kami. Atas ketidaksyukuran kami...
Atas kebodohan kami. Atas kesombongan kami, atas segala kesalahan kami. Aamiin

2 komentar:

  1. Indah sekali, semua itu terjadi atas kehendakNya. :D

    BalasHapus
  2. :P

    lha ya benar kan, segala sesuatu terjadi atas kehendakNya. Serapi apapun merencanakan, bila tak dikehendakiNya, tak akan terlaksana

    Tanpa rencana, namun Allah berkehendak juga bakal terlaksana :D

    BalasHapus