Kamis, 23 Desember 2010

Bila Anugrah Terindah = Khitbah dan Nikah

Tumben kali ini ingin menulis tema macam ini. He7.
Beberapa hari terakhir ini lagi sering bersinggungan dengan tema ini. Awalnya iseng nulis tema ini, karena beberapa teman sering nodong dengan pertanyaan, “Eh, Purna mau nikah ya?”
Kujawab, “Iya. Insya Allah. Lha wong sunnah kok”.
Aneh, ini teman-teman lama yang jarang ketemu saja bisa komentar begini. Bahkan sampai ada yang sms berkali-kali. Hmmmmmm. Ada yang tanya kalo mengadakan agenda tanggal X di bulan Y, purna bisa tidak, sepertinya kan ada anggota tim putri ada yang punya hajat (ngarah ke saya). Wedewwwwww
Setelah saya runtut, rupanya mereka berkesimpulan demikian ada yang karena curiga dengan status di facebook atau di yahoo, atau ada pula yang berkata, karena saya ceria terus.
Saya copaskan saja contohnya

CahayaMu indah, menyinari hidupku ini.
Dengan cahayaMu, terang pelita di hatiku
Kurasa indah, di dalam rahmatMu ....... ^_^
Alhamdulillah , Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..... ^_^
_____________________________________
Let it take us by surprise , alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah :)


Senyum senyum sajalah, eh nawan tertawa. Bagaimana tidak, rupanya banyak kawan yang salah menafsirkan status. Dalam hati berkata, wah betapa sempitnya menafsirkan kebahagiaan. Apakah hanya karena mau menikah saja seseorang itu bahagia. Apakah hanya karena sudah dikhitbah saja seseorang itu ceria. Dan apakah karunia terindah itu adalah khitbah kemudian nikah? Kenapa banyak kawan yang secara tak sadar menafsirkan begitu?

Adanya celotehan dari kawan-kawan itu pun membuat saya evaluasi diri juga. Mengingatkan kembali. Sungguh ada banyak karunia yang Allah berikan pada kita, yang seharusnya menjadikan kita bahagia, menjadikan kita ceria.

Akan ada banyak alasan kenapa kita bisa bahagia, kenapa kita bisa ceria.
Kita bisa bahagia pun bukan karena segala hal yang kita inginkan selalu terpenuhi. Tapi cukup Allah menjadikan hati legowo itu juga menjadi sumber kebahagian. Ketika Allah selipkan rasa syukur pada kita, menjauhkan dari putus asa, itu juga jadi sumber bahagia.
Ketika Allah ingatkan kita, bahwa Allah menjamin rezeki untuk kita selama kita hidup, lalu kita tak lagi ada rasa khawatir dalam hati dan hati kita menjadi tenang, itu juga bisa menjadi sumber kebahagiaan.
Ketika Allah mengkaruniakan punya banyak teman, punya banyak saudara, yang senang berbagi dan mengingatkan dalam kebenaran, itu juga jadi sumber bahagia.
Ketika Allah mengangkat rasa sedih kemudian mengabulkan do’a-do’a kita, itu juga bisa jadi sumber bahagia.
Sungguh ada banyak sumber kebahagiaan bagi kita. Namun tak akan dapat kita rasakan, bila kita nafikkan ketiadaan Yang Maha Kuasa, yang telah banyak melimpahkan karunia untuk kita.
Semakin mengenal Allah, bahwa Dia Maha Kuasa, Dia Maha Penyayang, Dia Maha Pemurah, Dia Maha Adil, Dia Maha Kaya dan dengan segala sifat-sifatNya Yang Agung, menjadikan hati lapang tiada bersempit............... sungguh karunia yang tiada tara.
Sebab seberapa banyaknya karunia yang Allah berikan, bisa jadi tak membuat bahagia, sebab ketiadasadaran akan sumbernya. Ketiadasadaran akan rasa syukur.
Saya belajar dari beberapa kawan yang curhat pada saya. Ada yang sudah khitbah, tinggal beberapa hari jelang pernikahan. Katering dan sebagainya sudah siap dipesan. Tapi ternyata tak jadi menikah. Ada pula yang tiba-tiba sms pada saya nangis. Menuliskan puisi sedihnya karena patah hati. Eh maaf, apa ya semoga gak patah hatinya. He7.
Saya senyum-senyum terheran juga. Ini akhir tahun 2010 penuh dengan sms dan curhatan tentang perasaan orang. Bersyukur pula, saya diajari Allah dari pengalaman orang lain tentang legowo dan sumeleh. Tak perlu takut akan masa depan, tak perlu khawatir akan rizki. Tak perlu ketakutan tanpa alasan. Sebab ada Allah Yang Maha Kuasa segalanya.
Mungkin tulisan ini diprotes. Kenapa isinya tidak bercerita tentang indahnya khitbah atau nikah? Ya karena memang tujuan tulisan ini mengingatkan. Bahwa belum tentu yang menjadi angugrah teirindah itu adalah khitbah atau nikah. Kenyataannya malah salah satu kawan saya bahagia sekali tatkala pernikahannya yang tinggal beberapa hari lagi batal. Padahal info sudah menyebar. Namun kulihat ketegaran dan justru pancaran keceriaan dari hatinya.
Bila menikah atau khitbah adalah anugrah terindah, dimana posisi iman sebagai karunia yang paling agung? Yang menjadikannya landasan syukur atas berbagai karunia itu. Anugrah terindah dalam hidup ini adalah manakala Allah Yang Maha Kuasa tetap menyayangi kita dengan karunia iman. Dengannya Allah lindungi kita.
Wallahu a’lam.

2 komentar:

  1. Insya Allah Yang Maha Pemelihara senantiasa memelihara hati, pikiran dan perasaan kita dengan syukur atas segala karuniaNya. Alhamdulillah.

    BalasHapus