This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 01 Desember 2010

Indonesia di Waktu Petang

By: Amru Asykari

pukul 3 petang di sudut kemang
siswa jual tantang terjang menghunus klewang
garang darrrrah menggenang

Di pasar pedagang berbuat curang
potong takaran kurang segantang

Di kantor pegawai fesbukan kian meradang
update status colek teman clbk mengembang

di ujung jalan guru honorer berbaris panjang
menanti kepastian yang tak kunjung datang

di rumah rakyat sekelompok orang duduk tenang
tak peduli rakyat mengerang
lapar perih kering kerontang..
bisanya ngomong doang

di stadion kita jarang menang
sering jadi pecundang
beraninya jago kandang
woi maen bola apa maen silat bang!

Di keluarga banyak piring terbang
suami istri terus perang
anak anak susah dilarang

apa benar bangsa ini bangsa terpandang
ramah baik hati senyum mengembang

bagaimana dengan bayi yang dibuang
bagaimana dengan nyawa yang mudah melayang
hanya karna sejumput uang
bagaimana rasa nasionalisme yang kian hilang
bagaimana dgn rasa malu yang terbang

tidakkkkk adikku sayang
masih ada kami di sini generasi Ki hajar terus menerjang
tak henti asa berjuang
kokoh tegar bak karang
mengajar mendidik dengan hati dan kasih sayang
meski harus arungi laut membentang
meski luka duka bersilang
kami tetap tak terguncang

wujudkan cita negeri gemilang

Senayan, 25 November 2010

Indonesia di Waktu Pagi

by : Amru Asykari

Ada isak jerit luka nestapa di Merapi

Ada Mentawai digerus tsunami

Ada Sumiati yang digunting bibirnya di arab saudi

Ada 2 pemuda gontok-gontokan berebut daging sapi

Ada terdakwa gayus (diduga gayus) seliweran di bali (penjara jadi agen travel agency)

Ada korupsi dari anak orok hingga nini nini (ada juga yang berdasi berseragam warna-warni)

Ada anang bubaran (lagi) dengan Syahrini

Ada banyak rakyat banyak tak percaya pada wakil dan pemimpinnya lagi

Ada hujat umpat lidah bersilat hiasan sehari-hari

Ada persekongkolan mafia di sana sini

Adaaaa guru tak peduli siswa sendiri

sibuk ke sana ke mari mengejar sertifikasi

Ada kepala sekolah yang sibuk soal komisi

lupa tanggungjawab tak punya visi

ada birokrat jual aset negeri

Krakatau indosat rumah sakit entah apa lagi

Ada dan ada tamparan –tamparan bagi negeri ini bertubi-tubi

Oh seakan bencana tak pernah enyah dari negeri ini

Oh seakan mati hati nurani

Oh seakan keadilan sudah mati suri

Oh seakan Tuhan tak cinta lagi

Astagfirullah Ampuni kami ya Robbi



Senayan, 25 November 2010

Rabu, 15 September 2010

Apa Yang Membuatmu Risau?

Apa yang membuatmu risau?

bukankah apa yang kau hadapi kemarin, saat ini dan masa depan telah tertulis

engkau jalani saja peranmu

rizki jg telah dijamin oleh RabbMu selama engkau diberi hidup. Tak mungkin Allah beri hidup tanpa beri rezeki.


Kenapa merasa Dia tak sayang

ketika apa yang engkau cintai diambil . Padahal itu milikNya

Bukankah ketika kau lepaskan dengan mengharap ridhoNya, pun akan diganti dengan yang lebih bagus



Kenapa engkau harus merasa sedih tatkala manusia yang kau anggap teman telah pergi

Bukankah Dia tak pergi meninggalkanmu. Bahkan Dia tetap memberikan nikmat untukmu meski kau tak berterima kasih


Kenapa engkau kecewa tatkala apa yang menjadi keinginanmu tak terwujud?

Bukankah apa yang diberikan tak sekedar apa yang kau inginkan. Tapi yang justru engkau butuhkan. Bahkan apa yang tidak pernah kau minta namun kau butuhkan, namun tak kausadari. Dia berikan.


Setiap kesulitan yang diberikan pasti dibersamai dengan kemudahan. Andaikata kesulitan itu bisa ditimbang. Mustahil kesulitan itu lebih berat dari kemudahan. Bukankah Dia menciptakan dengan keseimbangan. Dialah Yang Maha Adil


menangislah sekehendakmu padaNya

menangis bukanlah cengeng

cengeng tatkala engkau diam dan menyerah pada keadaan yang menghimpitmu


Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penyayang, Allah Yang Maha Pencipta, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Berkehendak, Allah Maha Kaya, Allah Maha Tahu, Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Adil, Allah, tempat bergantung semua makhluk kepadaNya.

Ya Allah, kami mohon perlindaungan kepadaMu, dari syirik yang kami sadari, maupun tiada kami sadari... Aamiin


Tulisan ini kutujukan untuk orang-orang yang kukasihi. Termasuk pengingat untuk diri sendiri
^_^

Jumat, 03 September 2010

Janganlah Hatimu Menciptakan Jarak

Seorang murid bertanya pada Ustadz yang bijak "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, biasanya berbicara dengan suara keras bahkan berteriak? "

Ustadz itu tersenyum " Adakah yang bisa menjawab pertanyaan teman kalian ini " Sang Guru menguji kebijakan murid-muridnya.

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab;"Karena ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia berteriak."

" Hmm, Padahal lawan bicaranya justru berada dekat disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?" Pancing Sang Ustadz

Semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang Ustadz lalu berkata; "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan; "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas."

"Mengapa demikian?" Sang Ustadz bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka terdiam, tak satupun berani memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang Ustadz menutup dengan sebuah nasehat :
"Ketika kalian sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Apalagi mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu.

Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu Kalian."

oOo

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali ‘Imran:159]

Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” ( HR Buhkori )

Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)

Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu balas mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui tentang dirinya.Karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami)

"Rasa marah itu bagian dari tabi’at manusia yang pasti ada. Akan tetapi kuasailah dirimu ketika muncul rasa marah. Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam lubuk hati bani Adam. Oleh sebab itulah anda bisa melihat kalau orang sedang marah maka kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang. Bahkan terkadang rambutnya ikut rontok dan berjatuhan akibat luapan marah. Dan berbagai hal lain yang tidak terpuji timbul di belakangnya. Sehingga terkadang pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia lakukan”. ( Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin )

Sumber : kiriman teman-teman PPSDMS

Kamis, 17 Juni 2010

Mengukir Karir Tiada Akhir

Beberapa hari kemarin saya terusik dengan perkataan seorang rekan saya. Perkataannya merupakan komentarnya kepada saya yang terlalu aktif. Dan itu mengindikasikan bahwa saya adalah tipe wanita karir. Dia mengatakan, kebanyakan wanita karir itu kurang peduli dengan urusan rumah . Deg....jujur saja, merasa nggak trimo dibilang sebagai wanita karir. He7. Jadi mikir juga. Apa saya memang seperti itu? Terlalu menyibukkan diri dengan urusan pekerjaan, mengejar karir? Hmm.....memang harus introspeksi diri. Bisa jadi ada benar pula perkataanya. Tapi saya jadi bertanya, sebenarnya apa sih yang dimaksud karir?
Bermula dari rasa “nggak trimo”, saya diskusikan dengan teman-temanku. Pingin juga sharing dengan Bu Dosen Ngglidig University :D , tapi belum sempat bersanjang ke rumah beliau lagi :(

Ada beragam pendapat. Ada yang berpendapat, mumpung masih muda, kejar cita-cita. Rugi kalau wanita hanya di rumah saja. Eman-eman kuliah kalau hanya tinggal di rumah. Kalau di rumah saja, bisa ketinggalan zaman. Itu rata-rata jawaban dari wanita yang bekerja. Namun ada juga yang mengatakan, wanita di rumah itu lebih mulia. Lebih terjaga. Biar laki-laki saja yang bekerja mencari nafkah. Kita urus anak-anak di rumah. Negara itu akan baik, kalau wanitanya baik. Wanita itu memiliki kewajiban mendidik anak-anaknya. Kalau bekerja, bisa jadi nanti anak-anak malah terlantar. Rusaknya generasi muda saat ini sering kali terjadi, karena mereka kurang perhatian dari orang tuanya. Tugas ibulah menjadi madrasah utama bagi anak-anaknya. Ibu-lah yang seharusnya banyak berperan mendidik anak-anak, bukan pembantu atau guru privat yang banyak mengajari mereka.

Itulah beragam pendapat. Bagaimana dengan saya? Mana yang akan saya pilih???????
Kemarin saya membaca buku tulisan Tracy Hogg, The Secret of Baby Whisperer . Buku tentang merawat bayi. Setelah membaca buku itu, saya jadi kepikiran......... Sungguh tak ringan tugas seorang ibu yang baru saja melahirkan. Apalagi yang wanita yang bekerja. Jadi mikir, sepertinya memang lebih baik di rumah. Bisa fokus merawat, mendidik anak-anak.
Saya mengingat benar nasihat bapak saya, beliau mengatakan. Belajar, sekolahlah yang sungguh-sungguh. Tujuanmu mencari ilmu. Dan kupikir, kalaupun saya tak bekerja, insya Allah juga tak sia-sia. Karena kelak ilmu yang didapat juga untuk bekal hidup. Tak sekadar untuk mencari kerja. Tapi dengan ilmu yang saya dapat, saya bisa mendidik anak-anak dan dapat pula ditularkan pada orang lain. Mungkin dengan secuil usaha, mendidik anak-anak menjadi pribadi muslim yang cerdas, dapat perlahan turut sumbangsih memperbaiki kondisi umat.

Mungkin sebagian orang akan berpendapat. Kan tidak dilarang wanita bekerja. Malah bagus itu. Karena era emansipasi. Wanita itu sejajar dengan pria. Wanita itu harus maju. Jadi, jangan mau hanya tinggal di rumah. Bahkan sampai ada yang tidak mau menikah. Karena takut bakal menghalangi dia berkiprah. Bagi saya, saya setuju-setuju saja. Wanita memang harus maju. Wanita harus berfastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan). Gak hanya laki-laki yang harus pintar. Wanita juga harus cerdas. Tapi saya tidak setuju, tatkala dengan alasan emansipasi, lantas melalaikan kewajibannya sebagai pendidik bagi anak-anak dan kewajiban lainnya sebagai muslimah. Tak setuju pula bila mengatakan nikah menghalangi kiprah.

Sungguh ironis, mendengar cerita ketika seorang ibu yang aktif bekerja, atau aktif kegiatan di mana-mana, namun keluarganya tak terurus. Tak jarang pula, setelah menikah kemudian tinggal di rumah, tak tahu bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak pula mengembangkan diri. Malah lebih banyak menonton sinetron di televisi atau acara-acara lain yang tak bermanfaat. Na’udzubillah min dzalik. Namun saya jumpai pula, seorang ibu yang memiliki banyak anak. Beliau tak bekerja di luar rumah. Tapi aktif di kegiatan sosial. Anak-anaknya dididik dengan baik. Anak-anaknya sholeh-sholehah, cerdas pula. Sungguh salut...

Saya sangat terkesan dengan nasihat beliau. Pandai-pandailah memanfaatkan waktu. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Tugas kita itu sangat banyak. Yang berkewajiban mencari ilmu tak hanya laki-laki. Tapi setiap muslim. Yang disuruh mengajak pada kebaikan dan mencegah perbuatan keji dan munkar tak hanya laki-laki. Allah juga menjanjikan surga tak hanya bagi laki-laki saja. Tapi juga bagi perempuan. Beliau mengatakan, meskipun kita tinggal di rumah. Kita masih bisa berkarir. Jangan salah. Karir kita adalah mencapai keridhoan Allah dimanapun kita berada. Itulah jenjang karir yang akan kita capai.

Mungkin ada wanita-wanita yang bekerja di luar rumah. Mereka membantu suami mereka. Ada yang karena kondisi ekonomi, namun ada pula yang berpikir bahwa, inilah cara mereka beramal. Mereka ingin memberikan kontribusi dalam perbaikan negeri ini. Sebagai contoh, para dokter wanita. Sungguh terbantu bukan para muslimah, dengan keberadaan dokter-dokter muslimah ini? Ada pula di bidang pekerjaan lain. PNS misalnya. Bagaimana bila posisi PNS diisi oleh orang orang yang “kacau” semua. Lantas mereka mencoba untuk ikut berperan. Meniatkan diri bekerja sebagai PNS agar bisa memperbaiki negeri ini. Selain itu ada pula, mereka yang bekerja untuk membantu orang tuanya. Dan mungkin ini upayanya untuk berbakti pada orang tuanya.


Itulah berbagai pendapat. Semoga para suami juga bisa bersikap bijak. Istri tak harus dikungkung di rumah. Penuhilah hak-haknya untuk dapat menuntut ilmu. Berilah kesempatan para istri untuk turut serta memperbaiki umat. Berbagi ilmu kepada masyarakat. Upssssss ini kok jadi ngoceh begini. Eh, bukan ngoceh ding. Sebuah harapan. Meskipun belum berpengalaman *****, tak dilarang untuk berbicara soal ini bukan? Orang belum mati saja boleh berbicara soal kematian kok. ^_^

Akhirnya saya berpikir, ah tak mengapa dijuluki wanita karir. Karena memang saya ingin mengejar karir tiada akhir. Tapi karir yang dikejar bukan jabatan dalam pekerjaan. Tapi jenjang posisi di hadapan Allah. Dan semoga harapan itu dapat terwujud. Aamiin

Tertantang oleh guruku, mari mengubah kerusakan, kebobrokan di negeri ini. Meskipun kita tak menjadi penguasa. So, harus jadi orang cerdas. Dan teruslah menebarkan rahmat ke seluruh penjuru alam.



Wallahu a’lam.